Laman

Jumat, 14 Oktober 2011

Manajemen Mutu Terpadu

MANAJEMEN MUTU TERPADU dalam PEMBELAJARAN
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran



Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Muhaimin, MA.














Oleh: Atiya Sa’adatul Mufarrihah, S. Pd.I
(10710027)


PROGRAM STUDY MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini membawa perubahan yang signifikan pada seluruh aspek kehidupan. Dimana, perubahan itu membawa manusia pada era globalisasi dan persaingan yang sangat ketat. Seiring dengan perkembangan tersebut, manusia sebagai pelaku persaingan dituntut untuk bisa berkembang dengan meningkatkan kualitas.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak terlepas dari adanya suatu proses yang dinamakan pendidikan. Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Tetapi pada kenyataannya upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini dimungkinkan kurangnya manajemen pengelolaan siswa yang kurang baik. Jika mengacu pada PP No.19 tahun 2005 BAB V tentang Standart kompetensi lulusan pasal 26 ayat 2 yang berbunyi “Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut”. Sehingga, muncul sutu pertanyaan di masyarakat bahwa bagaimana sekolah memiliki mutu yang bagus dan menjadikan siswa berkualitas baik pengetahuan umum dan juga life skill siswa. Terdapat lima karakteristik sekolah yang bermutu yaitu : 1) Fokus pada pelanggan. 2) Keterlibatan total 3) Pengukuran 4) Komitmen 5) Perbaikan berkelanjutan (Arcaro S Jerome , 2005:38).
Berangkat dari fenomena tersebut, muncullah suatu manajemen yang merupakan konsep peningkatan mutu secara terpadu. Manajemen ini ialah Manajemen mutu terpadu (MMT). Dalam bidang manajemen pendidikan, hal ini masih tergolong baru. Sehingga, perlu suatu pemahamanan dan penerapan secara berkala agar dapat dicapai lulusan yang diharapkan. Yaitu lulusan yang berkualitas dan berguna di masyarakat.
Penerapan MMT di lingkungan pendidikan, sebaiknya dilakukan secara menyeluruh. Termasuk didalamnya yaitu pembelajaran, pengembangan peserta didik, dan juga perbaikan dalam kurikulum dan juga pelayanan di dalam lembaga itu sendiri.

B. RUMUSAN MASALAH
Melihat fenomena di atas, maka diperlukanbeberapa langkah untuk perbaikan mutu pendidikan dengan manajemen mutu terpadu. Beberapa rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Mutu Terpadu?
2. Bagaimana implementasi MMT dalam pembelajaran?
3. Bagaimana Gugus kendali mutu yang diterapkan dalam pembelajaran?
4. Bagaimana strategi pembelajaran yang bermutu?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, dapat diuraikan tujuan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Mengetahui makna Manajemen Mutu Terpadu
2. Memahami implementasi MMT dalam pembelajaran
3. Mengetahu penerapan Gugus kendali mutu yang diterapkan dalam pembelajaran
4. Memahami strategi pembelajaran yang bermutu
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (MMT)
Manajemen mutu terpadu merupakan sesuatu hal yang baru di dunia pendidikan. Manajemen Mutu terpadu atau biasa disebut dengan Total Quality Manajemen adalah suatu sistem manajemen yang berfokus kepada orang yang bertujuan untuk meningkatkan secara berkelanjutan kepuasan customers pada biaya sesungguhnya yang secara berkelanjutan terus menerus.
Menurut Hadari Nawawi, TQM adalah manajemen fungsional dengan pendekatan yang secara terus-menerus difokuskan pada peningkatan kualitas agar produknya sesuai dengan standar kualitas dari masyarakat yang dilayani dalam pelaksanaan tugas pelayanan umum (Public Service) dan pembangunan masyarakat (community development). Dalam setiap pengerjaan manajemen mutu terpadu harus selalu dilakukan suatu tahapan proses mulai perencanaan, pelaksanaan teknis dengan metode kerja yang efektif dan efisien sehingga dapat menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat.
Pada intinya, Manajemen Mutu Terpadu merupakan suatu sistem yang memiliki tujuan untuk perbaikan secara berkelanjutan untuk menghasilkan produk unggulan yang bermanfaat dan berguna di masyarakat. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, Hadari Nawawi mengemukakan tentang karakterisktik TQM sebagai berikut:
1. Fokus pada pelanggan, baik internal maupun eksternal
2. Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas
3. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
4. Memiliki komitmen jangka panjang
5. Membutuhkan kerjasama tim
6. Memperbaiki proses secara berkesinambungan
7. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
8. Memberikan kebebasan yang terkendali
9. Memiliki kesatuan yang terkendali
10. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.
Dalam manajemen mutu terpadu, sekolah merupakan unit layanan jasa, maka yang dilayani disekolah adalah pelanggan internal (guru, laboran, teknisi, tenaga administrasi), pelanggan eksternal yang terdiri atas pelanggan primer (siswa), pelanggan sekunder (orang tua, pemerintah, dan masyarakat), dan pelanggan tersier (pemakai/ penerima lulusan, baik di perguruan tinggi maupun dunia usaha).
B. IMPLEMENTASI MMT DALAM PEMBELAJARAN
1. Pembelajaran yang Bermutu Menurut MMT
Pendidikan adalah tentang pembelajaran masyarakat. Jika TQM bertujuan untuk memiliki relevansi dalam pendidikan, maka ia harus memberi penekanan pada mutu pelajar. Semua itu tidak akan terwujud jika TQM/MMT tidak memberikan kontribusi bagi mutu pendidikan. Penting bagi TQM untuk memfokuskan pada aktifitas pembelajaran.
Semua pelajar berbeda karakter dan mereka belajar dengan model pembelajaran yang cocok dengan kebutuhan dan kecenderungan mereka masing-masing. Institusi pendidikan yang menggunakan prosedur mutu terpadu harus menangkap secara serius hal ini untuk menciptakan strategi individualisasi dan diferensiasi dalam pembelajaran. Pelajar merupakan pelanggan utama. Artinya, suatu lembaga tidak bisa mengklaim telah mencapai mutu terpadu jika model pembelajaran tidak memenuhi individu siswa.
Masih banyak hal yang harus dilakukan menyangkut bagaimana menerapkan prinsip-prinsip TQM dalam ruang kelas. Beberapa elemen bisa saja melibatkan pola berikut. Sebuah langkah awal bisa dimulai dengan kerjasama pelajar dan guru dalam menetapkan misi ini. Dari sini, negosiasi bisa saja terjadi agar kedua belah pihak bisa mencapai misi gaya pembelajaran dan pengajaran serta sumberdaya yang diperlukan.
Perencanaan suatu pembelajaran yang bermutu sesuai dengan konsep yang ada, siswa dibuat lebih kreatif dalam memilih metode pembelajaran. Mereka bisa merundingkan rencana aksi mereka untuk mendapatkan motivasi dan arahan. Proses negosiasi mungkin memerlukan pembentukan sebuah forum yang memberikan umpan balik serta kesempatan kepada para pelajar agar mereka dapat mengatur sendiri pembelajaran mereka. Pengawasan yang detail harus dilakukan oleh guru, maupun pelajar, untuk memastikan semua berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
Penciptaan rangkaian umpan balik yang terus menerus merupakan elemen penting dalam proses jaminan mutu. Evaluasi juga harus menjadi proses yang berkelanjutan dan tidak boleh tertinggal sampai akhir program study. Hasil dari evaluasi harus dibicarakan dengan murid dengan tujuan untuk melengkapi hasil evaluasi. Sikap melibatkan seluruh elemen akan sangat membantu dalam membangun kecakapan analitis para pelajar.
Institusi pendidikan juga perlu menggunakan hasil pengawasan formal untuk menetapkan keabsahan program-programnya. Institusi pendidikan harus siap untuk melakukan langkah-langkah perbaikan terhadap kinerja pelajar yang belum sesuai dengan harapan dan keinginan mereka. Sebagaimana yang diketahui oleh para guru, hal ini bukan hal yang mudah. Karena hal ini bisa saja menjadi pengalaman emosional dan dapat membawa perubahan yang tak terduga. Yang perlu ditegaskan adalah, langkah-langkah perbaikan tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi dan pengalaman praktek kepada para pelajar tentang penggunaan TQM yang dapat menyesuaikan diri dalam situasi apapun.
2. Gugus Kendali Mutu dalam Pembelajaran
Gugus Kendali Mutu atau Quality Control Circle (QCC) adalah kelompok kecil dari lingkup kerja yang sama, yang dengan sukarela melakukan kegiatan kontrol dengan improvement secara berkesinambungan dengan menggunakan teknik-teknik pengendalian mutu. Berdasar definisi itu, maka hal-hal yang perlu diperhatikan oleh GKM adalah :
- Kelompok kecil (5 – 10 orang)
- Melakukan kontrol dengan improvement
- Dari lingkup kerja yang sama
- Berkesinambungan
- Partisipasi setiap anggota- Pengembangan diri dan bersama
- Memakai teknik-teknik pengedalian mutu
- Merupakan bagian-bagian dari TQC
Gugus kendali mutu atau yang biasa disebut Quality Control merupakan suatu sistem untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas outpu yang tidak sesuai dengan standar. Quality Control memerlukan indikator kualitas yang jelas dan pasti, sehingga dapat ditentukan penyimpangan kualitas yang terjadi.
Dalam peningkatan kualitas tersebut, perlu adanya pelaksanaan metode yang dikenal dengan metode PDCA (Plan-Do-Check-Action). Metode ini diperkenalkan oleh Deming , berupa siklus PDCA.



Action Plan


Check Do


Berangkat dari siklus tersebut dapat diambil pengertian dengan beberapa tahapan dalam penerapannya. Pada siklus ini ada delapan langkah yang sudah dibentuk untuk meminimalisir tingkat kecacatan yang terjadi.yaitu:
1. Plan berisi penentuan proses yang aman yang perlu diperbaiki, menentukan perbaikan apa yang perlu dipilih, dan menentukan data dan informasi yang diperlukan untuk perbaikan proses.
Plan (perencanaan) meliputi 4 langkah yaitu :
Langkah 1 : Menentukan pokok masalah.
Langkah 2 : Menentukan penyebab secara umum.
Langkah 3 : Menentukan penyebab utama.
Langkah 4 : Membuat rancangan perbaikan.
2. Do, berisi pengumpulan data dasar tentang jalannya proses, implementasi perubahan yang dikehendaki (skala kecil), mengumpulkan data untuk mengetahui perubahan (ada perbaikan atau tidak).
Do (pelaksanaan) meliputi 1 langkah yaitu :
Langkah 5 : Pelaksanaan perbaikan.
3. Check, berisi langkah pemimpin untuk menafsirkan hasil implementasi (berhasil atau tidak) atau upaya pemimpin untuk memperoleh pengetahuan baru tentang proses yang berada dalam tanggung jawabnya.
Check (meneliti hasil) meliputi 2 langkah yaitu :
Langkah 6 : Memeriksa hasil.
Langkah 7 : Membuat standarisasi.
4. Act, berupa pengambilan keputusan perubahan mana yang akan diimplementasikan, penyusunan prosedur baku, pelatihan ulang bagi anggota terkait, dan pemantauan secara kontinyu.
Action (tindakan) meliputi 1 langkah yaitu :
L8 : Menetapkan langkah berikutnya.
Contoh implementasi GKM, misalnya dalam pembelajaran di bangku kuliah. Dengan memberdayakan mahasiswa dalam pembelajaran. Mahasiswa mendapatkan ketrampilan dalam mengambil keputusan, bekerja dalam tim. Mahasiwa dimasukkan dalam anggota tim untuk upaya pembelajaran mereka sendiri sehingga dapat menyebabkan perbaikan yang signifikan. Kelompok yang terdiri dari 6-8 mahasiswa dipilih dari daftar sukarelawan. Gugus ini bertemu dengan dosen setiap minggu untuk membahas materi kuliah dan setuju untuk membuat kebijakan yang akan dipakai untuk mengelola matakuliah.
Hasil-hasil rapat "Gugus Kendali Mutu" lebih bersifat kualitatif. Secara umum pada setiap rapat gugus mengusulkan elaborasi yang lebih jelas dari materi kuliah yang masih "kabur", dan urutan yang lebih baik. Misalnya, rapat pertama pada akhir pertemuan 4 menyimpulkan bahwa diperlukan lebih banyak soal untuk dicoba oleh mahasiswa. Dibutuhkan lebih banyak pengarahan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan masalah-masalah yang berbeda. Sebaliknya rapat kedua dan ketiga mengkoreksi dosen agar penjelasan atas hal-hal yang masih tidak jelas tidak memakan waktu terlalu banyak. Rapat-rapat pada akhir pertemuan 5, 6, 11, dan 12 lebih terfokus pada persiapan menghadapi ujian. Gugus juga mengusulkan jenis ujian, jenis soal dan bobot penilaian, meskipun dosen mengambil keputusannya sendiri.
Gugus Kendali Mutu melatih mahasiswa untuk lebih aktif, dan lebih berinisiatif dalam kegiatan matakuliah. Manfaat belajar berorganisasi juga menjadi manfaat sampingannya.
3. Strategi Pembelajaran
Faktor Strategi pembelajaran merupakan salah satu aspek yang menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan pembelajaran. Dalam penentuan keberhasilan suatu strategi pembelajaran, faktor karekteristik siswa menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Sehingga dapat menjadi acuan dalam melakukan strategi pembelajaran.
Pembelajaran akan mempunyai pedoman dan bertujuan untuk mengetahui tiga hal. Pertama, perbedaan hasil belajar yang akan diperoleh antara siswa. Kedua, perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki kecenderungan cara berpikir divergen dan konvergen. Ketiga, pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan cara berpikir siswa disekolah atau madrasah. Keempat, menentukan karakteristik dari keberhasilan proses belajar mengajar.
Pada posisi ini, hal yang paling urgen adalah strategi pembelajaran yang bisa atau mampu menjembatani antara guru sebagai fasilitator dengan peserta didik sebagai subjek dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran yang demokratis merupakan alternatif yang sangat bermanfaat bagi guru dalam membantu perkembangan peserta didik, khususnya pada aspek sosial peserta didik.
Dengan begitu, strategi pembelajaran merupakan penentu aspek lain dari output pembelajaran. Maka, strategi pembelajaran yang banyak memberikan celah peserta didik untuk berpendapat adalah strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik sendiri, seperti strategi yang dijelaskan di bawah ini:
a. Strategi Pembelajaran Quantum Learning and Teaching
Quantum Learning didefinisikan sebagai cara pengubahan bermacam-macam interaksi, hubungan dan inspirasi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Sedangkan Colin Rose, sebagaimana yang dikutip oleh Dave Maier, berpendapat bahwa Quantum Teaching adalah panduan praktis dalam mengajar yang berusaha mengakomodasi setiap bakat siswa atau dapat menjangkau setiap siswa. Metode ini sarat dengan penemuan-penemuan terkini yang menimbulkan antusiasme siswa.
Dalam praktiknya, Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan Neurolinguistik dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu. Salah satu konsep dasar dari metode Quantum Learning adalah bahwa belajar itu harus mengasyikkan dan berlangsung dalam suasana gembira, sehingga pintu masuk untuk informasi baru akan lebih lebar dan terekam dengan baik.
Sedangkan Quantum Teaching berusaha mengubah suasana belajar yang monoton dan membosankan ke dalam suasan belajar yang meriah dan gembira dengan memadukan potensi fisik, psikis, dan emosi siswa menjadi satu kesatuan yang integral. Quantum teaching berisi prinsip-prinsip sistem perancangan pengajaran yang efektif, efisien dan progresif berikut metode penyajiannya untuk mendapatkan hasil belajar yang mengagumkan dengan waktu yang sedikit.
Dalam praktiknya, quantum teaching bersandar pada asan utama “bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Dengan demikian pembelajaran merupakan kegiatan full contact yang melibatkan semua aspek kepribadian siswa (pikiran, perasaan dan bahasa tubuh), disamping pengetahuan, sikap, dan keyakinan sebelumnya, seerta persepsi masa mendatang. Semua ini harus dikelola sebaik-baiknya dan diselaraskan hingga mencapai harmoni, atau dengan kata lain diorkestrasi.
Disekolah, siswa perlu disadarkan tentang harapan yang mereka pikul, tantangan yang mereka hadapi, dan kemampuan yang mereka perlu kuasai. Madrasah yang baik, menurut Dreiden dan Vost, seperti yang dikutip oleh sutrisno, adalah madrasah atau sekolah tanpa kegagalan. Semua siswa teridentifikasi bakat, ketrampilan, dan kecerdasan, sehingga memungkinkan mereka menjadi apa saja yang mereka inginkan.
Setiap siswa memiliki gaya belajar yang unik dan madrasah seharusnya dapat melayani. Sebagian siswa lebih mudah belajar secara visual (melihat gambar dan diagram). Sebagian lain mungkin dengan haptic (menggunakan indera perasa) atau menggerakkan tubuh (kinestetik). Beberapa siswa berorientasi pada teks tercetak (membaca buku), sedangkan yang lainnya adalah kelompok interaktif (berinteraksi dengan siswa lain).
b. Strategi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Holubec, seperti yang dikutip Nurhadi menyatakan bahwa dalam pembelajaran yang kooperatif diperlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Ini berarti kerjasama antar siswa dalam kelompok dianggap lebih penting daripada prestasi individu.
Dalam pembelajaran kooperatif, terdapat unsur-unsur yang harus ada didalamnya. Yaitu saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, dan ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi. Sehingga, dengan adanya unsur-unsur tersebut akan dapat terjadi pembelajaran kooperatif yang efektif serta menunjang keberhasilan pembelajaran yang bersifat saintific maupun non saintific atau akan menumbuhkan kecerdasan interpersonal serta kecerdasan intrapersonal yang tidak hanya menumbuhkan kecerdasan verbal linguistic ataupun logis matematic.
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembalajaran.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kooperatif kostruktifistik. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vigotsky yaitu penekanan pada hakekat sosio kultural dari pembelajaran Vigotsky bahwa fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam individu tersebut. Implikasi teori Vigotsky yaitu dikehendakinya susunan kelas berbentuk kooperatif.
Pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, namun siswa juga harus mempelajari ketrampilan-ketrampilan khusus yang disebut ketrampilan kooperatif. Ketrampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.




























BAB III
KESIMPULAN

Penjelasan secara jelas diatas, mengenai Manajemen Mutu Terpadu atau biasa disebut Total Quality Manajemen (TQM) dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Manajemen Mutu Terpadu merupakan suatu sistem yang memiliki tujuan untuk perbaikan secara berkelanjutan untuk menghasilkan produk unggulan yang bermanfaat dan berguna di masyarakat.
2. Pembelajaran menurut konsep MMT adalah dengan menciptakan strategi individualisasi dan diferensiasi dalam pembelajaran. Hal ini didasarkan bahwa pelajar merupakan pelanggan utama dalam pendidikan. Jadi, strategi yang digunakan dalam pembelajaran harus sesuai dengan apa yang menjadi harapan dan karakteristik siswa. Sehingga dihasilkan siswa yang bermutu dan berkarakter.
3. Gugus Kendali Mutu atau Quality Control Circle (QCC) adalah kelompok kecil dari lingkup kerja yang sama, yang dengan sukarela melakukan kegiatan kontrol dengan improvement secara berkesinambungan dengan menggunakan teknik-teknik pengendalian mutu.
4. Dalam GKM terdapat beberapa langkah dalam penerapan siklus PDCA. Langkah tersebut antara lain:
a. Langkah 1 : Menentukan pokok masalah.
b. Langkah 2 : Menentukan penyebab secara umum.
c. Langkah 3 : Menentukan penyebab utama.
d. Langkah 4 : Membuat rancangan perbaikan.
e. Langkah 5 : Pelaksanaan perbaikan.
f. Langkah 6 : Memeriksa hasil.
g. Langkah 7 : Membuat standarisasi.
h. Langkah 8 : Menetapkan langkah berikutnya.
5. Strategi yang bermutu dalam kajian MMT terdapat dua strategi yaitu:
a. Quantum Learning and Teaching. Quantum Learning didefinisikan sebagai cara pengubahan bermacam-macam interaksi, hubungan dan inspirasi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Sedangkan Colin Rose, sebagaimana yang dikutip oleh Dave Maier, berpendapat bahwa Quantum Teaching adalah panduan praktis dalam mengajar yang berusaha mengakomodasi setiap bakat siswa atau dapat menjangkau setiap siswa. Metode ini sarat dengan penemuan-penemuan terkini yang menimbulkan antusiasme siswa.
b. Cooperatif Learning. Strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.



















DAFTAR PUSTAKA

Antara, I Gusti Gede Yudi, dkk. Gugus Kendali Mutu I Solusi Peningkatan IPK Mahasiswa Manajemen Informatika, http://gkm1.blogspot.com, diakses pada tanggal 30 mei 2011

Asrori, Muhammad. 2007. Psikologi Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima
Burhanuddin dkk. 2002. Manajemen Pendidikan. Malang: Universitas Negeri Malang

De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki. 1998. Quantum Learning. Jakarta: P2LTK
De Porter, Bobbi, dkk. 2001. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa
Maier, Dave. 2001. Accelerated Learning. Bandung: Kaifa
Mulyadi. 1998. Total Quality Management. Yogyakarta: Gajah Mada
Nawawi, Hadari. 2003. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Nugraha, Paulus. Penerapan Manajemen Mutu Terpadu pada Matakuliah di Jurusan Teknik Sipil, http://puslit2.petra.ac.id, diakses tanggal 19 juni 2011

Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang

Sallis, Edward alih bahasa Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurozi. 2011. Total Quality Management dalam Konteks Pendidikan. Jogjakarta: IRCiSoD

Soedarmo, Harjo. 1997. Dasar-dasar Total Quality Management. Yogyakarta: Andi

Sutrisno. 2005. Revolusi Pendidikan di Indonesia; Membedah Metode dan Teknik Pendidikan Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: ar-Ruzz Media

Umiarso dan Imam Gojali. 2010. Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan. Jogjakarta: IRCISoD

, Sisi Lain Gugus Kendali Mutu, http://sisilainlagi.blogspot.com, diakses tanggal 30 mei 2011